Minggu Pagi biasanya ku habiskan dengan bangun
siang lalu tak segera mandi. Namun hari ini aku berantisipasi, barangkali ada
kawan yang bisa ku ajak ngukur jalan. Sembari menunggu kawan datang, aku
melanjutkan Aroma Karsa yang sejak Sabtu Malam ku baca. Seperti tersihir begitu
saja, sepertiga sisa halaman tandas tak lebih dari tiga jam. Dan kabar
buruknya, kawan yang ku tunggu tak nampak datang, kemudian aku menyadari bahwa
aku telah menyia-nyiakan Minggu Pagi ku.
Aroma Karsa terlebih dahulu lahir di platform
digital berupa cerbung kemudian barulah divisualisasikan ke dalam buku.
Sebenarnya, saat menulis artikel ini aku tidak benar-benar tahu harus memulai
dari sisi mana. Aroma Karsa begitu memikat hingga membuatku lupa mengadopsi
Inteligensi Embun Pagi sebagai penutup seri Supernova hehe. Megahnya Supernova
entah mengapa luruh begitu saja. Keduanya memang tak bisa dibandingkan satu
sama lain, tapi menurut ku (yang hanya pembaca abal-abal ini) Aroma Karsa
disusun dengan diksi yang lebih sederhana, lebih ringan, dan lebih mudah
dicerna, namun hal itu tak menghilangkan kekuatan ceritanya. Kematangan riset
yang dilakukan Dee Lestari seakan membuat hidup tokoh didalamnya dan membius
siapa saja yang membacanya sehingga tak terasa tau-tau sudah di penghujung
cerita. Dalam Aroma Karsa, aku terbawa ke dalam dua dunia sekaligus, nyata dan
tidak nyata – ada dan tiada. Aku sungguh tak bisa berkata-kata lagi soal Aroma
Karsa hahaha tapi ini serius, ia bukan Supernova yang melelahkan (karena
bacanya harus mikir beb), dan lebih dari sekedar Perahu Kertas. (re: Supernova
& Perahu Kertas yang sama-sama berhalaman tebal)
Aroma Karsa bercerita tentang hebatnya indera
penciuman dalam merangkum berbagai aroma yang ada di dunia. Di dalamnya
disebutkan adanya keluarga Prayagung yang secara turun-temurun memiliki ambisi
besar untuk menemukan Puspa Karsa; yang diyakini sebagai salah satu jenis
bunga. Jejak sejarah keberadaan Puspa Karsa hanya lamat-lamat, tak begitu
jelas, dan hanya mengambang dalam udara. Tidak semua orang dapat mengenali
aroma Puspa Karsa kecuali ia yang dipilih Puspa Karsa sendiri.
Sebentar, lanjutannya baca di synopsis aja hahaha
:p
Yang jelas, akan ada ekspedisi pencarian Puspa
Karsa. Tanpa terduga didalamnya muncul banyak hasil penelitian arkeolog –
misteri Kerajaan Majapahit – kecerdikan seorang Raras sebagai penerus Prayagung
yang bikin ceritanya sulit ditebak – indera penciuman Jati Wesi yang sebelumnya
tak pernah terbayangkan terjadi di dunia nyata tapi ntah kenapa rasanya memang
ada – dan yang paling menarik bikin betah baca adalah keterkaitan semua misteri
dengan keberadaan Gunung Lawu, gunung yang tak asing bagiku.
Jadi yang sempat ragu beli Aroma Karsa karena
takut cerita nya berat; atau synopsis nya tidak menarik; atau karena harganya
kemahalan… percayalah, semua akan terbayar. Ada versi digital yang lebih murah
kok, beb. Lengkap atau tidaknya bisa ke lapak Bookslife
Atau mungkin karena tidak pernah mengenali Dee
Lestari (tipikal beli novel karena siapa yang nulis heu) , sesungguhnya kalian
sudah pernah kenalan lewat Filosofi Kopi. Novel yang ditulis mbak Dee ga pernah
mengecewakan, kok. Palingan bonus pusing saja karena terkadang banyak konotasi
yang tak ku mengerti hahaha tapi Aroma Karsa pilihan yang tepat setelah
Filosofi Kopi & Perahu Kertas yang ceritanya sama-sama ringan.
Yasudah beb, ya. Segitu saja.
Aku lupa harus lembur bagai quda.
Monmaap kalo salah-salah, semoga ada manfaatnya
dan kalian teracuni untuk baca juga.
Komentar
Posting Komentar